Psikotest sebagai 'tool' dalam proses rekrutmen dan seleksi. Setiap rekrutmen mempunyai dasar dan tujuan yang akan dicapai. Banyak faktor yang harus dilihat untuk mencapai tujuan tersebut, baik yang faktor yang bisa langsung kelihatan (mis, prestasi akademis, CV) dan tidak bisa langsung kelihatan (mis, faktor kepribadian, sikap kerja, inteligensi).
Selain itu, ada faktor yang berkaitan dengan organisasi seperti budget, kebijaksanaan managemen, visi/misi/strategi perusahaan dan juga (mungkin) politik di perusahaan tsb. Faktor-faktor ini saling terkait dan menunjang satu sama lain dalam pengambilan keputusan suatu proses rekrumen dan seleksi. Faktor-faktor ini tentunya tidak semuanya di-share atau diberitahukan kepada calon pelamar, paling banter adalah informasi ttg perusahan dan persyaratan pekerjaan itu sendiri. Psikotest adalah salah satu 'tool' yang berfungsi untuk menggali dan memprediksi kemampuan dan kepribadian pelamar yang dapat menunjang keberhasilan seseorang dlm pekerjaan.Biasanya dilakukan pada tahap awal, terutama bila pelamar cukup banyak atau rekrutmen massal. Kalau dilakukan tahap awal, tentu saja hasil psikotest ini akan menjadi patokan untuk menseleksi calon yang akan lulus ke tahap selanjutnya. Hasil psikotest tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah karena tujuannya tidak untuk menilai prestasi, melainkan melihat gambaran kemampuan dan kepribadian seseorang. Hasil psikotest benar selama memang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kalau tidak lolos psikotest, itu berarti bahwa hasil psikotest 'tidak cocok' dengan persyaratan yang ditetapkan perusahaan. Tidak cocok pun bukan berarti pelamar tidak pintar atau tidak punya kepribadian. Contoh sederhana, seorang pelamar untuk posisi office boy punya IQ yang tergolong genius, maka saya sebagai rekruter bisa saja menyarankan untuk tidak meng-hire orang tsb meskipun dia mampu mengerjakan semua pekerjaan office boy, karena mungkin dia tidak akan bertahan lama di pekerjaan tsb ( mis krn cepet bosan dg pekerjaan, dll).
Soal-soal test psikologi sering dianggap aneh dan tidak relevan karena pertanyaannya seakan-akan tidak ada hubungan dengan pekerjaan yang dilamar. Sebagai lulusan psikologi, saya hanya ingin menyampaikan bahwa test psikologi tidak dibuat dalam satu atau dua hari. Sebuah test psikologi itu harus melewati proses pengujian reliabilitas dan validitas yang cukup rumit dan berat sebelum bisa diberikan kepada masyarakat umum. Test-test yang diambil dari luar negeri pun harus diadaptasi dan diuji dalam kondisi masyarakat Indonesia. Bentuk dan soal test dibuat sedemikian rupa agar hal yang hendak diukur bisa optimal hasilnya. Saya tidak memungkiri bahwa ada beberapa test yang sudah perlu di-update karena perkembangan jaman, jawaban sudah bocor dll dan juga ada pihak-pihak yang menggunakan test psikologi secara tidak benar. Ada beberapa hal yang dilakukan biro-biro psikologi dan para psikolog untuk mengatasi hal ini, tapi tentunya tidak bisa dikemukakan di forum ini.Selain psikotest, tool lain adalah wawancara dan observasi. Semua tool ini sama pentingnya, hasilnya akan saling mendukung dalam pengambilan keputusan untuk penerimaan pegawai. Penekanan/bobot pemakaian tools ini bisa berbeda pada tahap seleksi.Seorang rekruter yang baik biasanya akan dibekali dengan ketrampilan melakukan interview dan observasi, serta dapat menggunakan hasil ketiga tools ini secara seimbang, tepat dan bijak.
Sebagai orang yang pernah mengikuti psikotest dan kebetulan kemudian mempelajari psikologi, saya ingin menyampaikan persiapan yang paling baik dalam menghadapi psikotest :
1. Pastikan kondisi fisik Anda dalam keadaan baik (misal, tidak terlalu lelah, tidak lapar, tidak sedang sakit) karena kondisi ini akan membantu Anda berkonsentrasi lebih baik dan menampilkan hasil test yang optimal. Seseorang bisa saja gagal psikotest karena sebenarnya sedang sakit sehingga tidak bisa berkonsentrasi penuh (gambaran yang sebenarnya tidak muncul)
2. Cemas atau nervus boleh dan wajar saja, tapi jangan berlebihan karena kecemasan yang berlebihan membuat Anda tegang dan tidak rileks dalam mengerjakan soal-soal test. Kecemasan justru sering menjadi faktor utama kegagalan seseorang dalam psikotest.
3. Sebenarnya tidak ada hal-hal yang khusus yang harus dipelajari karena hal yang diukur oleh psikotest adalah postensi diri yang Anda miliki dari lahir hingga dewasa, bukan hasil prestasi di sekolah.
Hasil prestasi di sekolah belum tentu mencerminkan kemampuan Anda yang sebenarnya. Kalau Anda berlatih mengerjakan psikotest, sebaiknya digunakan untuk mengatasi perasaan cemas daripada untuk menghafal soal-soalnya. Kalau Anda bisa menjawab karena sudah tahu jawaban sebelum test, maka hal itu bukan mengambarkan keadaan Anda yang sebenarnya.
Akhirnya, saya mengharapkan agar rekan-rekan dapat melihat bahwa rekrutmen tidak hanya sekedar psikotest meskipun selama ini psikotest kesannya disodorkan sebagai menu utama dlm proses seleksi. Psikotest hanya sebagian dari proses rekrutmen itu sendiri dan digunakan karena ada tujuan dan alasan tertentu. Yang tidak sehat adalah kalau ada perusahaan yang men-dewa-kan psikotest dan melupakan tools yang lain.
Mudah-mudahan bisa bermanfaat
Selain itu, ada faktor yang berkaitan dengan organisasi seperti budget, kebijaksanaan managemen, visi/misi/strategi perusahaan dan juga (mungkin) politik di perusahaan tsb. Faktor-faktor ini saling terkait dan menunjang satu sama lain dalam pengambilan keputusan suatu proses rekrumen dan seleksi. Faktor-faktor ini tentunya tidak semuanya di-share atau diberitahukan kepada calon pelamar, paling banter adalah informasi ttg perusahan dan persyaratan pekerjaan itu sendiri. Psikotest adalah salah satu 'tool' yang berfungsi untuk menggali dan memprediksi kemampuan dan kepribadian pelamar yang dapat menunjang keberhasilan seseorang dlm pekerjaan.Biasanya dilakukan pada tahap awal, terutama bila pelamar cukup banyak atau rekrutmen massal. Kalau dilakukan tahap awal, tentu saja hasil psikotest ini akan menjadi patokan untuk menseleksi calon yang akan lulus ke tahap selanjutnya. Hasil psikotest tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah karena tujuannya tidak untuk menilai prestasi, melainkan melihat gambaran kemampuan dan kepribadian seseorang. Hasil psikotest benar selama memang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kalau tidak lolos psikotest, itu berarti bahwa hasil psikotest 'tidak cocok' dengan persyaratan yang ditetapkan perusahaan. Tidak cocok pun bukan berarti pelamar tidak pintar atau tidak punya kepribadian. Contoh sederhana, seorang pelamar untuk posisi office boy punya IQ yang tergolong genius, maka saya sebagai rekruter bisa saja menyarankan untuk tidak meng-hire orang tsb meskipun dia mampu mengerjakan semua pekerjaan office boy, karena mungkin dia tidak akan bertahan lama di pekerjaan tsb ( mis krn cepet bosan dg pekerjaan, dll).
Soal-soal test psikologi sering dianggap aneh dan tidak relevan karena pertanyaannya seakan-akan tidak ada hubungan dengan pekerjaan yang dilamar. Sebagai lulusan psikologi, saya hanya ingin menyampaikan bahwa test psikologi tidak dibuat dalam satu atau dua hari. Sebuah test psikologi itu harus melewati proses pengujian reliabilitas dan validitas yang cukup rumit dan berat sebelum bisa diberikan kepada masyarakat umum. Test-test yang diambil dari luar negeri pun harus diadaptasi dan diuji dalam kondisi masyarakat Indonesia. Bentuk dan soal test dibuat sedemikian rupa agar hal yang hendak diukur bisa optimal hasilnya. Saya tidak memungkiri bahwa ada beberapa test yang sudah perlu di-update karena perkembangan jaman, jawaban sudah bocor dll dan juga ada pihak-pihak yang menggunakan test psikologi secara tidak benar. Ada beberapa hal yang dilakukan biro-biro psikologi dan para psikolog untuk mengatasi hal ini, tapi tentunya tidak bisa dikemukakan di forum ini.Selain psikotest, tool lain adalah wawancara dan observasi. Semua tool ini sama pentingnya, hasilnya akan saling mendukung dalam pengambilan keputusan untuk penerimaan pegawai. Penekanan/bobot pemakaian tools ini bisa berbeda pada tahap seleksi.Seorang rekruter yang baik biasanya akan dibekali dengan ketrampilan melakukan interview dan observasi, serta dapat menggunakan hasil ketiga tools ini secara seimbang, tepat dan bijak.
Sebagai orang yang pernah mengikuti psikotest dan kebetulan kemudian mempelajari psikologi, saya ingin menyampaikan persiapan yang paling baik dalam menghadapi psikotest :
1. Pastikan kondisi fisik Anda dalam keadaan baik (misal, tidak terlalu lelah, tidak lapar, tidak sedang sakit) karena kondisi ini akan membantu Anda berkonsentrasi lebih baik dan menampilkan hasil test yang optimal. Seseorang bisa saja gagal psikotest karena sebenarnya sedang sakit sehingga tidak bisa berkonsentrasi penuh (gambaran yang sebenarnya tidak muncul)
2. Cemas atau nervus boleh dan wajar saja, tapi jangan berlebihan karena kecemasan yang berlebihan membuat Anda tegang dan tidak rileks dalam mengerjakan soal-soal test. Kecemasan justru sering menjadi faktor utama kegagalan seseorang dalam psikotest.
3. Sebenarnya tidak ada hal-hal yang khusus yang harus dipelajari karena hal yang diukur oleh psikotest adalah postensi diri yang Anda miliki dari lahir hingga dewasa, bukan hasil prestasi di sekolah.
Hasil prestasi di sekolah belum tentu mencerminkan kemampuan Anda yang sebenarnya. Kalau Anda berlatih mengerjakan psikotest, sebaiknya digunakan untuk mengatasi perasaan cemas daripada untuk menghafal soal-soalnya. Kalau Anda bisa menjawab karena sudah tahu jawaban sebelum test, maka hal itu bukan mengambarkan keadaan Anda yang sebenarnya.
Akhirnya, saya mengharapkan agar rekan-rekan dapat melihat bahwa rekrutmen tidak hanya sekedar psikotest meskipun selama ini psikotest kesannya disodorkan sebagai menu utama dlm proses seleksi. Psikotest hanya sebagian dari proses rekrutmen itu sendiri dan digunakan karena ada tujuan dan alasan tertentu. Yang tidak sehat adalah kalau ada perusahaan yang men-dewa-kan psikotest dan melupakan tools yang lain.
Mudah-mudahan bisa bermanfaat
No comments:
Post a Comment